Kisah Taufik Hidayat Tertekan Tampil di Olimpiade

Tinta emas digoreskan Taufik Hidayat selama berkarier di bulutangkis. Tapi sosok kampiun sepertinya pun ternyata pernah merasa tertekan saat tampil di Olimpiade.

Taufik, pada masa jayanya, merupakan salah satu andalan Indonesia di sektor tunggal putra. Prestasi legenda hidup bulutangkis Indonesia itu pun mentereng. Ia menjadi salah satu pebulutangkis Indonesia yang lolos di Olimpiade Sydney tahun 2000, bersama Hendrawan.

Sebagai debutan pada saat itu, Taufik mulus melangkah hingga ke perempatfinal Olimpiade. Ia mengalahkan Hidetaka Yamada (Jepang) 15-5, 14-17, 15-8 di putaran kedua dan menaklukkan Ong Ewe Hock (Malaysia) 15-9, 13-15, 15-3 di putaran ketiga. Lajunya kandas di perempatfinal Olimpiade 2000 usai dihentikan Ji Xinpeng (China) 12-15, 5-12.

Baca juga: Foto Bareng Lin Dan dan Taufik, Jojo: Semoga Nular Emas Olimpiade-nya

Di balik hal tersebut, Taufik Hidayat rupanya menjalani tekanan besar. Itu adalah debutnya di ajang Olimpiade, yang juga ia jalani di usia relatif muda.

“Mungkin kalau pengalaman yang tekanan besar itu pada tahun 2000. Itu pertama kali (saya ikut) Olimpiade. Saya di BWF ranking satu, sebelumnya kami menjuarai Thomas Cup di bulan Mei, dan Agustusnya Olimpiadenya, dan saya mengalahkan pemain-pemain yang ikut olimpiade juga,” kata Taufik Hidayat kepada pewarta saat ditemui di Jakarta Selatan.

“Waktu tahun 2000 itu mungkin usia saya 19 tahun. Dan memang olahraga itu enggak bisa instan, kita butuh berproses karena enggak gampang untuk atlet, masuk Olimpiade saja itu sudah jadi satu kebanggaan.”

Baca juga: Urusan Pribadi Beres, Taufik Hidayat Siap Bimbing Ginting & Jonatan

“Apalagi untuk bulutangkis khususnya kita yang selalu dibilang dan ditagih, memang itu bukan utang, tapi bulutangkis itu punya tradisi emas Olimpiade dan selalu ada dari bulutangkis selama ini,” ujarnya.

Pengalaman tersebut lantas melecut semangat dan motivasi Taufik Hidayat. Ia pun berhasil menebusnya dengan mendapatkan medali emas di Olimpiade berikutnya. Tapi perjuangannya saat itu juga tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.

“Proses dari tahun 2000 saya kalah di quarterfinal jadi pelajaran untuk Olimpiade berikutnya. Di 2004 itu saya punya pengalaman karena tak punya ranking, masuk pun (lolos Olimpiade) last minute,” ucapnya.

Baca juga: Dear Jojo dan Ginting, Ini Pesan Taufik Hidayat Jelang Olimpiade!

“Mestinya saya tak masuk (Olimpiade) tapi Korea ada pengurangan 1 jadi saya masuk ranking 16. Di situ memang perjuangannya lebih-lah untuk Olimpiade.”

Sejarah lantas mencatat Taufik Hidayat sukses mempersembahkan medali emas buat Indonesia di Olimpiade Athena 2004. Dari situ ia pun menekankan bahwa kesempatan menjadi juara tidak tergantung ranking melainkan kesiapan atlet itu sendiri.

“Jadi untuk seorang juara itu enggak perlu memikirkan ranking, yang penting kita sudah masuk. Kalau kita sudah punya tekad juara, lawan siapapun bisa dihadapi,” katanya.

Taufik Hidayat pun berharap pengalaman tersebut dapat menjadi pelajaran bagi junior-juniornya yang akan bertarung di Olimpiade Paris 2024. Secara khusus Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting yang diandalkan di sektor tunggal putra.

Baca juga: Taufik Hidayat Pede Jonatan dan Ginting Mampu Raih Medali Olimpiade

(mcy/krs)